HUKUM DAN TATA CARA AQIQAH ANAK LAKI LAKI SERTA PEREMPUAN

Jasa Aqiqah Malang
Aqiqoh adalah ibadah sunnah yang bisa didefinisikan sebagai penyembelihan hewan untuk menebus seorang anak. Dan sebagaimana sabda Nabi Muhammad salallahu `alaihi wasalam, tubuh seorang anak itu tergadaikan hingga ia diaqiqahi.

Dan tata cara serta hukum penebusan pada anak laki-laki dan perempuan ini berbeda.

Hal ini jugalah, yang sering menjadi pertanyaan pelanggan kami di Malang. Tata cara aqiqah yang benar ini bagaimana.

Hukum Aqiqah Anak Laki Laki Dan Perempuan

Sebagai acara penebusan, maka perlu syarat kusus yang wajib dipenuhi oleh pihak penebus. Ibaratnya, anda pergi ke panti asuhan untuk mengadopsi anak. Dan pihak pengasuh panti asuhan tersebut memberikan beberapa syarat yang harus anda penuhi.

Loh, bukankan seorang anak itu miliki kita sendiri, bukan milik orang lain. Kok perlu ditebus ?, Memang sedang di pegadaian.

Nah, ini yang keliru.

Pada dasarnya anak hanya titipan Allah, maka kita wajib menebusnya. Dan kambing aqiqah itu adalah biaya penebusanya. Bukan untuk Allah, melainkan dikembalikan pada masyarakat sekitar sebagai wujud syukur kepada Allah karena telah diberi berkah untuk membesarkan seorang anak.

Hal ini juga termaktub dalam Shahih al-Jami
كُل غُلاَمٍ رَهيْنَةٌ بعَقيْقَتِهِ
“Setiap anak tergadai dengan akikahnya.” (HR Ahmad (5/12), Abu Dawud no. 2837, at-Tirmidzi no. 1522, dll.; dinyatakan sahih dalam Shahih al-Jami’ no. 4541.)

Bahkan beberapa ulama menyebut maksud tergadai disini adalah terkungkungnya dari tawanan setan. Apabila si anak tidak di akikahi, maka dia akan tetap menjadi tawanan bagi setan. Dan melaksanakan aqiqah dengan jalan yang syar’i, serta izin Allah ‘azza wa jalla hal itu akan menjadi sebab terbebasnya si anak dari tawanan setan.

Sebab itu, penting kiranya mendapatkan jasa aqiqah yang benar-benar paham bagaimana hukum dan tata cara melaksanakan aqiqah yang benar.

Kalau kebetulan tinggal di Malang bisa menghubungi Balibul aqiqah.


Baik, kembali ke topik kita.

Akikah untuk anak yang baru lahir hukumnya adalah sunnah muakkadah atau sunnah yang mendekati wajib. Bahkan janin yang sudah berumur 4 bulan di kandungan lalu keguguran, hukum untuk dilaksanakan aqiqah bagi si bayi tetap sunnah muakkadah


Dan seperti di riwayatkan oleh Turmudzi, Imam Ahmad Ibn Hambal, mereka berujar bahwasanya anak yang tidak diaqiqahi padahal orang tuanya mampu melaksanakan ibadah tersebut, kelak di hari kiamat, si anak tidak akan mampu memberikan syafaat kepadanya.

Lalu apa yang membedakan tata cara aqiqah anak laki-laki dan perempuan ?

Sebenarnya tidak ada perbedaan besar dalam aqiqah anak perempuan ataupun laki-laki. Yang paling bagus, aqiqah untuk anak laki-laki adalah dua ekor kambing. Sementara untuk anak perempuan, cukup satu ekor kambing saja. Meski begitu, anak laki-laki juga bisa menyembelih satu ekor kambing jika orang tua tidak mampu membeli 2 ekor kambing.

Syarat Kambing Aqiqah

Syarat sah Kambing Aqiqah melliputi umur kambing serta syarat fisik kambing aqiqah.

Dari riwayat hadist yang sering tim balibul aqiqah Malang jumpai, memang disebutkan jika hewan aqiqah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad adalah kambing. Dan bukan kambing Jawa ataupun kambing garut. Melainkan jenis domba, kibsy, atau gibas.

Hal ini berbeda dengan selera kebanyakan masyarakat Malang yang masih berkultur Jawa Timur, dimana menyembelih kambing gibas untuk aqiqah terasa kurang pas.

Dan untuk hewan aqiqah selain kambing, contohnya unta atau sapi, ini masih banyak perdebatan. Ada yang berpendapat boleh, ada yang berkomentar tidak boleh.

Selain itu perhatikan fisik kambing, menurut pendapat ulama salaf, syarat fisik kambing untuk aqiqah sejatinya sama dengan syarat hewan untuk qurban. Kondisi fisik hewan harus sehat, berat timbangan harus sesuai, tidak boleh terlalu kurus, tidak cacat, bebas penyakit, dan cukup umur. Untuk kambing normalnya 1 tahun, sapi 2 tahun, unta bisa 5 tahun.

Namun sebetulnya ada beberapa kalangan yang memberikan pendapat berbeda tentang hal ini.

Imam Syaukhani dalam kitab “Nailul Authar” (6/220) mengatakan jika beliau tidak pernah mendengar persyaratan antara hewan kurban (Idul Adha) dengan aqiqah itu sama. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya “Al-Muhalla” (7/523) yang berujar jika orang yang melaksanakan aqiqah dengan kambing cacat, maka secara hukum, aqiqah tersebut tetap sah. Namun kurban Idul Adha, hal ini tidak dibolehkan. Namun lebih baik apabila kambing tersebut bebas dari catat.

Dan yang penting, bebas penyakit menular. Ini sering kali sulit dikenali sebab kambing yang terlihat sehat kadang membawa cacing atau mikroba berbahaya.

Memang memilih kambing aqiqah yang memenuhi syarat untuk aqiqah yang sempurna tidak mudah. Apalagi bagi mereka yang belum berpengalaman. Maka dari itu, anda yang kebetulan tinggal di kota Malang, Batu dan sekitarnya dapat menggunakan jasa layanan aqiqah balibul.

Untuk Siapa Sebetulnya Daging Kambing Harus Diberikan ?

Daging kambing bisa diberikan kepada fakir miskin, karib kerabat, tetanga, atau anggota keluarga lain. Namun untuk keluarga, menurut sejumlah ulama menyatakan jika besaran daging yang dapat diambil untuk keluarga adalah sepertiganya.
Selain itu, Ibnu Al-Qayyim berkata jika membagikan daging aqiqah lebih baik dalam keadaan matang. Jadi berbeda dengan idul Adha dimana daging kurban dibagikan dalam kondisi mentah.
Daging yang diberikan dalam kondisi telah dimasak dan matang disebut lebih bagus dalam tata cara aqiqah sebab pihak yang mengaqiqah juga telah menanggung biaya memasak bagi orang miskin serta para tetangga. Dan ini merupakan nilai tambah dalam berbuat kebaikan.

Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Hewan-hewan Aqiqah disembelih pada hari ketujuh dari hari kelahiran bayi. Dan ini adalah waktu pelaksanaan aqiqah menurut mahzab besar Islam seperti Syafi’iyah, Hambali, Hanafiyah dan Malikiyah.

Dari ‘Aisyah RA, juga dikuatkan jika Rasulullah SAW pernah melakukan aqiqah untuk Hasan dan Husain pada hari ke-7 dari kelahirannya. Di waktu aqiqah itu juga, Nabi memberi memberi nama dan memerintahkan untuk mencukur rambut. Hal ini termaktub dalam HR. Hakim, dalam AI-Mustadrak juz 4, hal. 264.
Jadi misalnya, si bayi lahir pada hari Rabu, maka aqiqah dilaksanakan pada hari selasa berikutnya; Jika hari Sabtu maka aturan yang tepat haruslah hari Jum’at. Namun, apabila tidak bisa melaksanakan pada hari ketujuh, aqiqah bisa di lakukan maka pada hari ke-14. Dan bila juga belum sanggup, maka dilaksanakan pada hari ke-21. Masih belum sanggup juga ? maka kapan saja bisa dilaksanakan ibadah ini.
Adapun pendapat yang mengijinkan aqiqah selain hari ketujuh berdasar pada  prinsip bahwa agama Islam adalah agama yang memberikan kemudahan. Sesuai dengan surah Al-Baqarah ayat 185 dalam Al Qur’an:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” [Al-Baqarah : 185]
Jadi anda tidak perlu terlalu kawatir. Kapanpun ingin melaksanakan aqiqah, asal ada biaya juga bisa. Dan kalau ingin biaya aqiqah yang murah silahkan hubungi balibul aqiqah malang.


HP: TELPON/SMS/WA : Klik WA-0822-4568-0558


 Chat Now

Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Artikel